Analisis Faktor di Balik Fluktuasi Harga Bitcoin

Dalam seminggu terakhir, harga Bitcoin mengalami fluktuasi yang tajam, dengan beberapa kali mencoba menembus batas resistensi antara 24200 dan 24300 dolar AS tanpa hasil. Fluktuasi besar dalam jangka pendek ini terutama dipengaruhi oleh empat faktor: likuidasi berantai, tingkat biaya tinggi, perlambatan aliran dana institusi, dan penyesuaian alami pasar.

Likuidasi berantai dan biaya modal yang tinggi adalah penyebab utama penurunan pasar. Pada 20 Desember, Bitcoin menunjukkan pembalikan signifikan di posisi $24295. Karena buku pesanan bursa menunjukkan adanya banyak order jual di atas $24000, pasar mengharapkan adanya penyesuaian. Dalam 17 jam berikutnya, harga Bitcoin jatuh ke level terendah $21815, dengan penurunan mencapai 10%. Ini terutama disebabkan oleh terjadi likuidasi berantai besar-besaran di berbagai bursa berjangka.

Di pasar futures, trader biasanya menggunakan leverage tinggi untuk melakukan transaksi besar. Misalnya, beberapa platform menawarkan leverage hingga 100 kali. Ini berarti hanya dengan 1000 dolar, Anda dapat membuka posisi senilai 100.000 dolar. Semakin tinggi rasio leverage, semakin besar risiko likuidasi. Pada 21 Desember, seiring harga Bitcoin jatuh di bawah 22000 dolar, kontrak long senilai ratusan juta dolar dipaksa untuk dilikuidasi. Data menunjukkan bahwa sekitar 474 juta dolar kontrak futures dilikuidasi dalam waktu 4 jam.

Likuidasi besar-besaran akan menyebabkan fluktuasi yang tajam, karena memaksa trader untuk menutup posisi dengan cepat dalam waktu singkat. Di pasar pada 21 Desember, banyak pemegang posisi long terpaksa menutup posisi mereka, yang semakin menurunkan harga Bitcoin.

Tingkat biaya modal adalah indikator penting untuk menilai kecenderungan bullish dan bearish di pasar futures. Bursa menggunakan mekanisme "biaya modal" untuk menyeimbangkan pasar. Jika terdapat terlalu banyak posisi long, maka kompensasi perlu dibayarkan kepada posisi short, dan sebaliknya. Selama periode 20 hingga 21 Desember, tingkat biaya modal Bitcoin sempat mencapai 0,1%, yang memberikan tekanan besar kepada pemegang posisi.

Beberapa analis menunjukkan bahwa pelambatan aliran dana institusi dapat memicu penyesuaian yang sehat. Sepanjang tahun 2020, investor institusi telah menjadi kekuatan utama yang mendorong kenaikan Bitcoin. Ketika permintaan dari pembeli terbesar melemah, kemungkinan penyesuaian yang dalam akan meningkat. Namun, ada ahli analisis on-chain yang menyatakan bahwa meskipun terjadi penyesuaian, siklusnya mungkin akan lebih pendek. Karena permintaan dari pembeli tetap kuat, diharapkan dapat dengan cepat mengimbangi dampak penyesuaian.

Dari sudut pandang makro, sinyal positif adalah berkurangnya aliran keluar dana dari bursa, sementara cadangan stablecoin meningkat. Ini menunjukkan bahwa penjualan aktif mungkin sedang menurun, sementara dana luar sedang kembali ke pasar cryptocurrency. Investor cenderung mengubah hasil penjualan cryptocurrency menjadi stablecoin agar bisa membeli kembali kapan saja. Oleh karena itu, peningkatan cadangan stablecoin di bursa berarti investor sedang bersiap untuk masuk kembali.

Dalam jangka pendek, permintaan institusi masih merupakan faktor yang tidak pasti. Saat ini, premi dari suatu dana perwalian mencapai 41%, menunjukkan bahwa investor institusi masih bersedia membeli Bitcoin dengan harga di atas harga spot. Selama premi ini tetap tinggi, risiko penurunan permintaan institusi relatif rendah. Mengingat tidak ada tanda-tanda bahwa premi akan turun dalam waktu dekat, kemungkinan penurunan besar Bitcoin akibat berkurangnya aliran dana institusi masih sangat kecil.